Recent Posts

Tuesday, October 5, 2021

Membuat Peraturan dan Prosedur Kelas

 Sebelum mengulas tentang peraturan dan prosedur pada suatu ruang kelas, terdapat sebuah cerita menarik tentang kegiatan belajar-mengajar. Perhatikan kisah lengkapnya berikut ini.

Sumber: suara.com

Di suatu sekolah, bel berdering tepat pada pukul delapan. Semua murid telah berada di dalam kelas masing-masing dan memulai kegiatan. Ada yang berdoa maupun mengucapkan salam kepada guru pembimbing. Namun, di kelas yang paling ujung, murid-murid masih terlihat bercanda dan bermain-main. Setelah diamati, ternyata guru yang seharusnya mengajar belum masuk kelas. Selang beberapa menit, akhirnya guru memasuki ruangan. Akan tetapi, anak didiknya masih bermain tanpa menghiraukan kedatangannya.

“Semua duduk!”, perintah sang guru. Akhirnya, seluruh murid pun duduk dikursinya masing-masing. Akan tetapi, terdapat tiga murid yang duduk sambil bercakap-cakap agak nyaring. Sang guru berusaha memulai kegiatan belajar mengajar dengan mendiskusikan tema berupa darmawisata. Hanya saja, begitu mulai menjelaskan, murid-murid yang mendengarkan hanya sedikit.

Setelah melakukan diskusi selama beberapa menit, ada dua murid yang terlambat memasuki ruang kelas tanpa seizin guru. Tidak hanya itu, murid yang terlambat tersebut tidak mengenakan seragam dengan rapi. Adapun disudut ruangan, terdapat beberapa murid tengah bersenda gurau. Ada pula yang keluar kelas tanpa izin karena merasa tidak tertarik dengan materi diskusi. Ruangan pun menjadi riuh atau tidak kondusif untuk belajar.

Tanpa memberi peringatan untuk diam, guru terus melanjutkan diskusi. Bahkan ia memberikan sejumlah pertanyaan kepada muridnya tentang darmawisata. Akan tetapi, murid-murid yang menanggapi pertanyaannya hanya sedikit. Hal ini disebabkan situasi kelas yang tidak kondusif untuk belajar. Sang guru akhirnya tersadar dan dengan segera menghentikan diskusi. Ia meminta seorang murid untuk membagikan kertas kepada teman-temannya. Setelah pembagian kertas selesai, guru memerintahkan anak didiknya untuk mengisi kertas tersebut.

Hal yang selanjutnya terjadi ialah wajah kebingungan para murid. Mereka diliputi tanda Tanya besar mengenai hal-hal yang harus dituliskan atau pertanyaan yang perlu dijawab. Setelah kebingungan tidak terpecahkan, para siswa berbondong-bondong ke depan kelas untuk bertanya kepada sang guru mengenai maksud kertas yang dibagikan.

Ketika para pengamat diminta memberikan tanggapan mengenai kisah tersebut, sangat mungkin mereka menganggap guru yang sedang mendampingi murid melakukan tindakan yang salah. Boleh jadi mereka akan berkata , “Dimana wibawa guru itu?”,  “Menjadi guru harus tegas!”, atau "Buatlah pelajaran yang menarik untuk memikat perhatian murid!” Beberapa pengamat bahkan menyarankan guru tersebut untuk menerapkan system hukuman guna membenahi perilaku murid yang mengganggu proses pembelajaran.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan saran-saran tersebut. Akan tetapi, para pengamat tersebut kurang mempertimbangkan masalah-maslah yang mendasar. Misalnya murid belum dapat membedakan perilaku yang baik dan buruk serta guru tidak memiliki prosedur untuk memandu perilaku anak didiknya. Sebagaimana disebutkan di dalam cerita, masalah-maslah mendasar terlihat jelas dalam banyak hal, mulai dari guru yang datang terlambat, murid berbicara saat guru sedang memimpin diskusi, berpakaian tidak rapi, masuk dan meninggalkan kelas tanpa izin serta tidak merespons pertanyaan dari guru.

Perilaku para murid dalam cerita tersebut sebenarnya dapat diatasi apabila mereka menyadari hal-hal yang sesuai dengan tugas dan kewajiban di sekolah. Seorang penuntut ilmu tentu tidak pantas menunjukkan perilaku sebagaimana dilakukan murid-murid tersebut. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan suatu peraturan untuk menjaga ketertiban di dalam kelas.

Seorang guru juga harus mengingat bahwa lingkungan unik diciptakan oleh organisasi sekolah berdasarkan peraturan yang baik. Tentu saja peraturan tersebut patut dimiliki bersama oleh setiap warga sekolah. Dalam satu hari, seorang guru dapat mengawasi lebih dari dua puluh lima murid. Sehingga tidak mungkin ia mampu mengawasi secara ketat  jumlah murid sebanyak itu. Oleh karena itu diperlukan sebuah peraturan yang baik dan konsisten di wilayah pembelajaran. Meskipun para siswa meninggalkan kelas, misalnya saat jam istirahat, secara umum perilaku murid tetap dapat terkontrol tanpa harus mengatur anak didiknya secara keras.

Disisi lain, seorang guru mampu menerapkan peraturan atau prosedur dapat mudah menjalin komunikasi dengan muridnya. Dalam kisah disebutkan sebelumnya banyak murid tidak memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian guru yang mampu merumuskan peraturan secara baik dapat mengurangi beban dalam menghadapi siswa. Sebab, ia tidak perlu berkomunikasi dengan tenaga berlebihan, tetapi cukup menyampaikan materi secara rileks.

 

 

Sumber: Setyanto, N. Ardi. 2014. Panduan Sukses Komunikasi Belajar Mengajar. Yogya karta: Diva Press

No comments: