Sumber Ilustrasi: http://blog.eazysmart.com/cara-menyeimbangkan-otak-kiri-otak-kanan |
Otak kanan adalah area yang
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi,
gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang
lain, sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara, otak kiri
berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri dari kemampuan berbicara,
mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa),
logika, angka, analisis dan lain-lain.
Para
ahli berpendapat bahwa otak kiri memegang peranan penting sebagai pengendali
IQ, sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ
seseorang. Sayangnya, sistem pembelajaran di Indonesia masinh mengacu pada
perkembangan otak kiri semata. Padahal, di Eropa dan Amerika misalnya,
pendidikan berupa kegiatan menari, menyanyi, melukis dan sebagainya, justru
diterapkan pada awal-awal pendidikan.
Namun
demikian, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak
kiri, ataupun sebaliknya. Kedua-duanya sangat penting. Otak kanan dan kiri
adalah potensi manusia yang harus diseimbangkan, tidak boleh salah satu
dikesampingkan. Keduanya menjadi kunci kesuksesan manusia dalam hidup, karena
itulah keduanya harus berjalan seimbang agar fungsi masing-masing belahan
berjalan balance dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus
pada salah satu belahan, maka belahan yang lain akan terhambat dalam
menjalankan fungsinya.
Kedua
belahan otak kanan dan kiri sama-sama penting. Orang yang memanfaatkan kedua
belahan otaknya secara seimbang, maka kegiatan belajarnya akan terasa sangat
mudah. Penyeimbangan kerja kedua belahan otak tentunya tidak sama dengan
menggunakan separuh-separuh dalam setiap pekerjaan atau kegiatan, akan tetapi
penyeimbangan yang dimaksudkan adalah mengaktifkan keduanya saat melakukan
suatu pekerjaan atau kegiatan.
Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan.
Yang terpenting dalam teknik tersebut adalah memunculkan keadaan yang rileks,
sehingga koneksi antara dua belahan otak itu menjadi cepat. Lihatlah bagaimana Albert Einstein menemukan ide-ide terbaiknya saat sedang bermimpi atau bercukur
atau Issac Newton menemukan ide-ide hebatnya saat sedang bermanja-manja dengan
ibunya.
Intinya, saat logika proses
mengalami stagnasi, relaksasi dari sebuah kerja yang serius sangat dibutuhkan.
Perlu
diingat bahwa kedua belahan otak bukan merupakan bagian yang terpisah,
melainkan terdapat koneksi antara keduanya. Berikut beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri anak.
1.
Mendengarkan Musik
Untuk mengimbangi kecenderungan terhadap otak kiri,
maka perlu dimasukkan musik dan estetika dalam pengalaman belajar anak. Sebagai
contoh, saat pembelajaran sedang berlangsung, jika memungkinkan, guru bisa memperdengarkan
siswa musik yang mereka sukai. Dengan demikian, siswa bisa merasa senang dan
rileks saat belajar. Belahan otak kanan mereka terangsang oleh musik, sedangkan
belahan otak kiri mereka terangsang oleh proses belajar.
2.
Menggunakan Kedua Bagian tubuh dengan Sama
Baiknya
Agar kedua
belahan otak anak berfungsi maksimal, penting sekali bagi mereka untuk terbiasa
menggunakan kedua bagian tubuh mereka dengan sama baiknya. Tidak hanya
menggunakan bagian tubuh sebelah kanan, namun sesekali boleh juga menggunakan
bagian tubuh sebelah kiri. Selain itu, olahraga juga sangat baik, karena
menggerakkan seluruh bagian tubuh, sehingga dapat merangsang berfungsinya otak
kanan dan kiri anak.
3.
Memberikan Stimulasi dan Kegiatan Beragam
Rangsanglah otak kiri dan kanan anak dengan stimulasi
dan kegiatan yang beragam. Sistem pendidikan formal sering lebih mengacu pada
perkembangan otak kiri. Pendidikan yang diterapkan pada awal tahap pendidikan
sebaiknya berupa menari, menyanyi, melukis dan sejenisnya. Dengan merangsang
seni, kreativitas dan imajinasi anak terlebih dahulu, saat anak belajar
matematika dan analogis pun nantinya lebih baik. Di samping belajar ilmu-ilmu
pengetahuan di dalam kelas, biasakan siswa berkesianian, menikmati warna, ruang
dan bentuk, serta menghargai kreativitas dan kepekaan perasaan.
4.
Menggunakan Alat Peraga dan Optimalisasi
Pancaindra
Saat menerangkan materi tentang penjumlahan, gunakan
alat peraga, misalnya biji-bijian. Dengan menggunakan alat bantu yang bisa
disentuh, dilihat, dibuai, dan di dengar siswa, memori mereka akan semakin
kuat. Karena itu, optimalkan pancaindra siswa untuk memberikan kesan yang kuat
pada memori mereka.
5.
Membiasakan Rapi dan Disiplin
Biasakan siswa untuk selalu rapi, disiplin, serta
bertanggung jawab dengan barang-barang mereka. Misalnya, dengan meletakkan
barang sesuai tempatnya. Kebiasaan kecil ini, kalau diremehkan, akan membentuk
sikap teledor dan pelupa sampai kelak anak dewasa.
6.
Melatih Daya Tahan Terhadap Rasa Kecewa
Orang tua di rumah yang terlalu memnajakan anak
terkadang menuruti segala keinginan anak, sehingga anak tak pernah merasakan
kecewa atau gagal. Jangan lakukan itu terhadap siswa kita di sekolah. Sebab,
pengalaman gagal atau kecewa berguna untuk merangsang kemampuan mengontrol diri
dan melatih stabilitas emosi anak (merupakan kemampuan pada otak kanan). Namun,
tentu saja jangan biarkan anak frustasi berkepanjangan karena kekecewaan atau
kegagalan, tetap jalin komunikasi dan beri pengertian.
Sumber: Asmani, Jamal Ma’mur.
2014. Tips Membangun Komunitas Belajar di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press
No comments:
Post a Comment