Recent Posts

Saturday, May 7, 2016

Optimalisasi Active Learning




Sumber Ilustrasi: https://www.computer.org/csdl/proceedings/waina/2015/1775/00/1775a199.pdf

Guru bukan sosok sentral yang mendominasi proses pembelajaran. Justru paradigmanya diubah, guru hanya sebagai fasilitator dengan perbandingan 30:70, dimana peran guru hanya 30% sedangkan peran siswa adalah 70%. Pendekatan ini dikenal dengan nama active learning.

Dalam active learning, guru harus bisa mendorong siswa untuk aktif mengembangkan pengetahuan dan informasi. Ada banyak cara yang bisa dilakuka yaitu:
-     membentuk kegiatan pembelajaran dalam satu kelas penuh, dimana siswa seperti menjadi kritikus, tim pendengar, mempraktikkan materi yang diajarkan, dan lain-lain.
-    Menstimulasi diskusi kelas dengan debat aktif, memperbanyak anggota diskusi panel, menyampaikan  argument, membaca dengan keras dan lain-lain.
-          Mengajukan pertanyaan
-          Belajar bersama
-          Pengajaran sesama siswa
-          Belajar secara mandiri
-          Belajar efektif
-          Pengembanagan keterampilan.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Siswa di dalam kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.

Kondisi ini merupakan hal umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Dan inilah yang menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan. Terutama karena siswa di ruang kelas lebih banyak menggunakan indra pendengaran dibandingkan indra visual mereka, sehingga apa yang dipelajari di kelas cenderung untuk dilupakan.

Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengenai penyebab kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang menarik adalah adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan materi yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara siswa hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menit (setengah materi yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir.

Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya dan senantiasa memproses setiap informasi yang diterima, sehingga perhatian tidap dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari siswa dapat diingat dengan baik.

Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual dalam pembelajaran, disamping audiotori (audio), kesan yang masuk dalam diri siswa semakin kuat, sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran). Dalam arti kata, pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dibandingkan belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dibandingkan korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu, sebagian proses mental jauh lebih cepat  ketimbang pengalaman atau pemikiran sadar seseorang. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja. Sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran active learning, pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.

Active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat serta memperlancar stimulus dan respons siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan serta tidak membosankan bagi siswa. Dengan memberikan strategi active learning pada siswa, dapat membantu ingatan mereka sehingga mereka dapat diantarkan kepada tujuan pembelajaran yang sukses.

Menurut Mulyasa, dalam metode active leraning, setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar siswa dapat belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.

Beberapa hasil penelitian yang dikutip dari http://sditalqalam.wordpress.com menganjurkan agar siswa tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat siswa aktif, sehingga juga mampu mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis, dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dengan kata lain, menggunakan teknik active learning di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.

Untuk mengubah mindset pembelajaran dari pola tradisional yang monoton serta mendominasi pembelajaran menjadi active learning dengan memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk mengaktualkan kemampuan mereka, dibutuhkan waktu, dorongan, kebijakan, serta monitoring yang dilakukan secara intens dan produktif.

Sumber:
Asmani, Jamal Ma’mur. 2014. Tips Membangun Komunitas Belajar di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press
Mulyasa,E.2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Roosda Karya

No comments: