Sumber Foto: http://modelpembelajaransd.blogspot.com/2014/08/kendala-pelaksanaan-pembelajaran-kurikulum-2013-di-sd.html |
Penelitian tindakan kelas cukup
berhasil memecahkan masalah-masalah guru dalam menjalankan profesinya sekaligus
guna meningkatkan kinerjanya. Akan tetapi banyak kendala-kendla yang dihadapi
oleh guru. Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama dalam bukunya “ Kenapa Guru Takut
PTK” mengemukakan kendala-kendala guru dalam melaksanakan PTK antara lain:
1. Guru Kurang Memahami Profesi Guru
Di dunia ini hanya ada dua
profesi. Profesi guru dan bukan guru. Profesi guru adalah profesi yang sangat
mulia. Para guru hendaknya menyadari profesi mulia ini. Guru harus dapat
memahami peran dan fungsi guru di sekolah. Guru sekarang bukan hanya guru yang
mampu mentransfer ilmunya dengan baik, tetapi juga mampu digugu dan ditiru
untuk memberikan tauladan kepada siswanya. Siswa butuh figure untuk menjadi
tauladan yang bukannya hanya mulia dimata manjusia, tetapi juga dimata Tuhan
pemilik bumi. Profesi ini sangat menjanjikan untuyk mereka yang berhati mulia.
Hati yang bersih dan suci akan terpancar dari wajahnya yang selalu ceria,
senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Salam, Sapa, Sopan,
Senyum, Sabar)
2. Guru Malas Membaca
Saat ini kita melihat banyak guru
yang malas membaca. Padahal dari membaca itulah akan terbuka wawasan yang luas
dari para guru. Kesibukan-kesibukan mengajar membuat guru merasa kurang sekali
waktu untuk mermbaca. Coba kita lihat di perpustakaan sekolah. Terlihat sekali
banyak guru yang jarang pergi ke perpustakaan. Ini nyata, dan terjadi di
sekolah kita. Bukan hanya di sekolah, di rumahpun guru malas membaca. Guru
harus melawan kebiasaan malas membaca. Ingatlah dengan membaca kita dapat
membuka jendela dunia.
3. Guru Malas Menulis
Masalah yang timbul pada saat
pembelajaran berlangsung. Sering kali guru sudah mengatasinya atau mengadakan
perbaikan-perbaikan dengan caranya sendiri. Namun oleh karena tidak biasa
menulis, maka apa yang sudah diperbuat guru tersebut hanaya tinggal kenangan
dan tidak diketahui oleh teman sejawat atau orang yang membutuhkan pemecahan
masalah seperti yang dialami guru tersebut.
4. Guru Kurang Sensitif Terhadap Waktu
Orang Barat menyatakan bahwa
waktu adalah uang, time is money.
Bagi guruwaktu lebih dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang
dapat membunuh siapa saja termasuk pemiliknya. Pedang yang tajam bias berguna
untuk membantu guru dalam menghadapi hidup ini, namun bias juga pembunuh
dirinya sendiri. Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik, maka
tidak banyak prestasi yang diraih dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu.
Detik demi detik waktunya teratur dan terjaga dari sesuatu yang kurang baik
serta sangat berharga.
5. Guru Terjebak dalam rutinitas Kerja
Kesibukan kerja setiap hari
menjadi rutinitas yang tidak henti. Guru harus pandai mengatur rutinitas kerjanya.
Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinitasnya justru tidak
menghantarkan dia menjadi guru yang baik dan menjadi tauladan siswanya. Guru
harus pandai mensiasati pembagian waktu kerjanya. Buatlah jadwal yang
terencana. Buang kebiasaan-kebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak di
dalam rutinitas kerjanya, misalnya pandai mengatur waktu dengan baik, membuat
diary atau catatan harian yang ditulis dalam agenda guru dan lain-lain.
Rutinitas kerja tanpa sadar membuat guru berpola menjadi guru pasif bukan
aktif. Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia tidak mendidik dengan
hati. Waktunya di sekolah hanya sebatas sebagai tugas rutin mengjar yang tidak
punya nilai apa-apa. Guru hanay melakukan transfer
of knowledge. Tidak mau tahu dengan kondisi lingkungan dan kondisi sekolah
apalagi kondisi siswa. Dia menganggap pekerjaan dia adalah karirnya, karena itu
dia berusaha keras agar yang dilakukannya bagus dimata pemimpinnya atau kepala
sekolah. Tak ada upaya untuk keluar dari
rutinitas kerjanya yang membosankan.
6. Guru Kurang Kreatif dan Inovatif
Merasa sudah berpengalaman
membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu yang baru dalam
pembelajarannya. Dia merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan
sesuatu yang baru dari pembelajarannya. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya
itu-itu saja. Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dibuat pun dari tahun ke
tahun sama, hanya sekedar copy and paste
tanggal dan tahunnya saja. Rencana program pembelajaran tinggal menyalin dari
kurikulum yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari guru lainnya. Guru
menjadi tidak kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan. Untuk melakukan
suatu proses kreatif dibutuhkan kemauan untuk melakukan inovasi yang terus
menerus, tiada henti. Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya pada
dirinya sendiri. Apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah siswanya
mengerti tentang apa yang dia sampaikan? Dia selalu memperbaiki dirinya. Dia
selalu merasa berkurang dalam proses
pembelajarannya. Dia tidak pernah puas dengan apa yang dia lakukan. Selalu ada
inovasi baru yang dia ciptakan dalam proses pembelajarannya. Dia selalu belajar
sesuatu yang baru, dan merasa tertarik untuk membenahi cara mengajarnya.
7. Guru Malas Meneliti
Paling sering kita dengarbahwa
guru malas untuk meneliti.Setiap tahun pemerintah maupun swasta melakukan lomba
karya tulis ilmiah untuk para guru, dengan harapan guru mau meneliti. Namun,
hanya sedikit guru yang memanfaatkan peluang ini dengan baik. Padahal ini
sangat baik untuk guru berlatih menulis, dan menyulut guru untuk meneliti. Dari
meneliti itulahguru akan tahu pembelajarannya. Penelitian diselenggarakan untuk
memperbaiki hal-hal yang telah dilakukan agar menjadi lebih baik atau
menciptakan sesuatu yang baru. Guru yang terbiasa meneliti, akan segera
memperbaiki kinerjanya yang tidak baik, objek penelitian dalam PTK adalah siswa
yang dihadapi oleh guru itu sendiri pada saat proses pembelajarannya.
8. Guru Kurang memahami PTK
Kenyataan yang ada adalah bahwa
banyak guru yang kurang memahami penelitian tindakan kelas atau PTK. Guru
menganggap bahwa PTK itu sulit. Padahal PTK itu tidak sesulit apa yang
dibayangkan. PTK dilakukan dari keseharian kita mengajar di kelas. Guru hanya
perlu merenung sedikit tentang proses pembelajarannya. Dari hasil renungan ini,
muncul gagasan atau ide-ide dari guru tersebut terhadap kelemahan/kekurangan
proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan dan dan selanjutnya melaksanakan perbaikan dalam
bentuk PTK.
Sedangkan Sudikin (2002)
mengemukakan bahwa kendala guru dalam melakukan PTK adalah 1)lemahnya pemahaman
PTK, 2)Belum memahami bahwa PTK sebagai strategi pengembangan guru, 3) Kendala reflecting thinking. 4) Kendala yan g
berhubungan dengan tidak adanya pembimbingan dari sekolah, 5) Kendala yang
berhubungan dengan mentalitas guru.
Oleh karena itu semua pihak
diharapkan mendukung pelaksanaan PTK, baik guru sendiri, kepala sekolah,
peneliti maupun LPTK. Kerja sama dan networking
harus dibangun oleh pihak sekolah untuk terlaksananya program PTK dengan baik
dan yang paling penting guru harus memiliki paradigm
to change untuk mengikuti perkembangan yang ada.
Sumber:
Hamdani, Nizar Alam. 2008. Classroom Action Research. Rahayasa
Research and Training
Kusumah, Dwitagama.2007.Buku PTK.
Labschool Jakarta Indonesia
Sudikin,Basrowi. 2002. Manajemen
peneltian Tindakan Kelas. Insan Cendekia
No comments:
Post a Comment