Sebelum mengulas tentang peraturan dan prosedur pada suatu ruang kelas, terdapat sebuah cerita menarik tentang kegiatan belajar-mengajar. Perhatikan kisah lengkapnya berikut ini.
Sumber: suara.com |
Di suatu
sekolah, bel berdering tepat pada pukul delapan. Semua murid telah berada di
dalam kelas masing-masing dan memulai kegiatan. Ada yang berdoa maupun
mengucapkan salam kepada guru pembimbing. Namun, di kelas yang paling ujung,
murid-murid masih terlihat bercanda dan bermain-main. Setelah diamati, ternyata
guru yang seharusnya mengajar belum masuk kelas. Selang beberapa menit,
akhirnya guru memasuki ruangan. Akan tetapi, anak didiknya masih bermain tanpa
menghiraukan kedatangannya.
“Semua duduk!”,
perintah sang guru. Akhirnya, seluruh murid pun duduk dikursinya masing-masing.
Akan tetapi, terdapat tiga murid yang duduk sambil bercakap-cakap agak nyaring.
Sang guru berusaha memulai kegiatan belajar mengajar dengan mendiskusikan tema
berupa darmawisata. Hanya saja, begitu mulai menjelaskan, murid-murid yang
mendengarkan hanya sedikit.
Setelah
melakukan diskusi selama beberapa menit, ada dua murid yang terlambat memasuki
ruang kelas tanpa seizin guru. Tidak hanya itu, murid yang terlambat tersebut
tidak mengenakan seragam dengan rapi. Adapun disudut ruangan, terdapat beberapa
murid tengah bersenda gurau. Ada pula yang keluar kelas tanpa izin karena
merasa tidak tertarik dengan materi diskusi. Ruangan pun menjadi riuh atau
tidak kondusif untuk belajar.
Tanpa memberi
peringatan untuk diam, guru terus melanjutkan diskusi. Bahkan ia memberikan
sejumlah pertanyaan kepada muridnya tentang darmawisata. Akan tetapi,
murid-murid yang menanggapi pertanyaannya hanya sedikit. Hal ini disebabkan
situasi kelas yang tidak kondusif untuk belajar. Sang guru akhirnya tersadar
dan dengan segera menghentikan diskusi. Ia meminta seorang murid untuk
membagikan kertas kepada teman-temannya. Setelah pembagian kertas selesai, guru
memerintahkan anak didiknya untuk mengisi kertas tersebut.
Hal yang
selanjutnya terjadi ialah wajah kebingungan para murid. Mereka diliputi tanda Tanya
besar mengenai hal-hal yang harus dituliskan atau pertanyaan yang perlu
dijawab. Setelah kebingungan tidak terpecahkan, para siswa berbondong-bondong
ke depan kelas untuk bertanya kepada sang guru mengenai maksud kertas yang
dibagikan.
Ketika para
pengamat diminta memberikan tanggapan mengenai kisah tersebut, sangat mungkin
mereka menganggap guru yang sedang mendampingi murid melakukan tindakan yang
salah. Boleh jadi mereka akan berkata , “Dimana wibawa guru itu?”, “Menjadi guru harus tegas!”, atau "Buatlah
pelajaran yang menarik untuk memikat perhatian murid!” Beberapa pengamat
bahkan menyarankan guru tersebut untuk menerapkan system hukuman guna membenahi
perilaku murid yang mengganggu proses pembelajaran.
Sebenarnya tidak
ada yang salah dengan saran-saran tersebut. Akan tetapi, para pengamat tersebut
kurang mempertimbangkan masalah-maslah yang mendasar. Misalnya murid belum
dapat membedakan perilaku yang baik dan buruk serta guru tidak memiliki
prosedur untuk memandu perilaku anak didiknya. Sebagaimana disebutkan di dalam
cerita, masalah-maslah mendasar terlihat jelas dalam banyak hal, mulai dari
guru yang datang terlambat, murid berbicara saat guru sedang memimpin diskusi,
berpakaian tidak rapi, masuk dan meninggalkan kelas tanpa izin serta tidak
merespons pertanyaan dari guru.
Perilaku para
murid dalam cerita tersebut sebenarnya dapat diatasi apabila mereka menyadari
hal-hal yang sesuai dengan tugas dan kewajiban di sekolah. Seorang penuntut
ilmu tentu tidak pantas menunjukkan perilaku sebagaimana dilakukan murid-murid
tersebut. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan suatu peraturan untuk menjaga
ketertiban di dalam kelas.
Seorang guru
juga harus mengingat bahwa lingkungan unik diciptakan oleh organisasi sekolah
berdasarkan peraturan yang baik. Tentu saja peraturan tersebut patut dimiliki
bersama oleh setiap warga sekolah. Dalam satu hari, seorang guru dapat
mengawasi lebih dari dua puluh lima murid. Sehingga tidak mungkin ia mampu
mengawasi secara ketat jumlah murid
sebanyak itu. Oleh karena itu diperlukan sebuah peraturan yang baik dan
konsisten di wilayah pembelajaran. Meskipun para siswa meninggalkan kelas,
misalnya saat jam istirahat, secara umum perilaku murid tetap dapat terkontrol
tanpa harus mengatur anak didiknya secara keras.
Disisi lain,
seorang guru mampu menerapkan peraturan atau prosedur dapat mudah menjalin
komunikasi dengan muridnya. Dalam kisah disebutkan sebelumnya banyak murid
tidak memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian guru yang
mampu merumuskan peraturan secara baik dapat mengurangi beban dalam menghadapi
siswa. Sebab, ia tidak perlu berkomunikasi dengan tenaga berlebihan, tetapi
cukup menyampaikan materi secara rileks.
Sumber: Setyanto, N. Ardi. 2014.
Panduan Sukses Komunikasi Belajar Mengajar. Yogya karta: Diva Press
No comments:
Post a Comment