Sumber Foto: https://www.scribd.com/doc/87913988/Anak-Tunadaksa |
Pada postingan beberapa hari yang
lalu sudah saya bahas tentang Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus diantaranya
adalah tunadaksa atau sebutan umumnya orang menyebut dengan orang cacat tubuh
yang diartikan sebagai individu dengan gangguan fisik atau motorik atau mereka yang
mengalami gangguan otot, tulang, sendi dan sistem persyarafan yang
mengakibatkan kurang optimalnya fungsi komunikasi, mobilitas, sosialisasi dan
perkembangan keutuhan pribadi. Pada kesempatan kita akan mengenal lebih jauh tentang
karakteristik khas tunadaksa. Mari kita simak beberapa karakteristik khas pada
tunadaksa yang saya kutip dari
Rachmayana (2016) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Aspek Motorik
Gangguan motorik tampak dari
aktivitas seperti berpindah tempat, bergerak dan berjalan
2. Aspek Sensoris
Berupa kurang berfungsinya indra
mata, telinga dan indera lainnya. Diantaranya terdapat juga yang mengalami mata
juling.
3. Aspek Persepsi
Gangguan pada kemampuan persepsi
individu. Karena hal ini dipengaruhi oleh keutuhan indera dan proses pengolahan
otak.
4. Aspek Kognisi
Kelainan otak yang dialami oleh
sebagian individu yang mengalami gangguan fisik dan motorik sangat mempengaruhi
kemampuan kogisinya.
5. Aspek Bicara
Keterbatasan dalam kemampuan
berbicara dapat dipengaruhi oleh karena organ bicara yang mengalami kelumpuhan,
dapat juga karena keterbatasan dalam pengolahan informasi menjadi bahasa
sehingga individu yang mengalami gangguan fisik dan motorik dapat mengalami
gangguan dalam perkembangan bicaranya.
6. Aspek Emosi dan Penyesuaian Sosial
Respon dan sikap lingkungan
mempunyai pengaruh yang dapt membentuk pribadi individu yang terganggu fisik
dan motoriknya.
Adapun karakteristik khusus anak
Cerebral Palsy (CP) menurut Assjari (1995) yaitu kelainannya terletak pada
sistem syaraf pusat otak (otak dan sumsum tulang belakang). Kelainan yang
terjadi diakibatkan oleh kerusakan pada sistem cerebral. Beberapa karakteristik
dari anak CP terdiri atas:
1. Gangguan Motorik
Gangguan motorik pada anak CP
berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalkan, gerakan ritmis, dan
gangguan keseimbangan. Gangguan motorik yang lain pada anak CP berupa kesukaran
berpindah tempat, bergerak, dan berjalan. Kesukarn bergerak, berpindah tempat,
dan berjalan terjadi karena salah satu atau kedua kakinya lumpuh.
Dilihat dari aktivitas motorik,
intensitas gangguan pada CP dikelompokkan atas: hiperaktif, hipoaktif dan tidak
ada koordinasi. Kelainan hiperaktif sering ditandai dengan gerakan-gerakan yang
berlebihan. Anak-anak hiperaktif tampak sebagai anak yang tidak pernah
istirahat. Mereka berjalan, berlarian dan selalu berpindah tiada hentinya.
Selalu gelisah dan tidak dapat berkonsentrasi pada satu objek.
Kelainan hipoaktif merupakan
kelaianan dari hiperaktif. Ciri-ciri hipoaktif yaitu pendiam, gerakannya lamban
dan kurang merespon rangsangan yang diberikan
kepadanya. Sedangkan tidak adanya koordinasi gerak terjadi karena adanya
kekakuan pada anggota geraknya. Anak hipoaktif terkadang sulit untuk melakukan
gerak yang lebih halus, seperti menulis, menggambar, dan menari.
2. Gangguan Sensoris
Pusat sensoris manusia terletak
pada otak. Adanya keusakan pada otak, seperti halnya pada anak Cerebral Palsy, sering juga ditemui
yang menderita gangguan sensoris. Gangguan sensoris yang dimaksudkan yaitu
kelainan penglihatan, pendengaran dan kemampuan kesan gerak dan raba.Gangguan
penglihatan pada CP terjadi karena tidak seimbangan otot-otot mata sebagai
akibat kerusakan otak. Bentuk kelainannya berupa juling, penglihatan gand,
strabismus, nystagus, rabun, pandangan jauh (hyperopia),
dan pandangan dekat (miopi). Gangguan
pendengaran pada anak CP sering dijumpai pada jenis athetoid. Gangguan pendengaran
pada anak CP terjadi karena anak sering mengalami kejang-kejang sehingga syaraf
pendengaran tidak berfungsi baik.
3. Tingkat Kecerdasan
Tingkat kecerdasan anak CP
mempunyai renang tertentu mulai dari tingkat yang paing dasar, yaitu idioly sampai gifted. Sebagian CP sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental
dan 35% lagi memiliki tingkat kecerdasan sedikit di bawah rata-rata (Asjsjari,
1995).
4. Kemampuan Persepsi
Selain mengalami kelainan
motorik, anak CP juga mengalami kelainan persepsi Persepsi seseorang diperoleh
melalui tahapan-tahapan. Tahapan pertama stimulus merangsang alat indera,
berikutnya rangsangan tersebut diteruskan ke otak oleh syaraf sensoris dan pada
akhirnya otak menerima, menafsirkan dan
menganalisis rangsang tersebut dan terjadilah peristiwa persepsi.
5. Kemampuan Kognisi
Kognisi merupakan suatu proses
interaksi yang dinamis antara individu yang telah matang dengan lingkungan yang
terjadi secara terus menerus melalui persepsi dengan menggunakan media sensori
(indra). Dalam proses tersebut terjadi pengenaln, pemahaman penghayatan dan
interpretasi terhadap informasi lingkungan.
6. Kemampuan Berbicara
Kebanyakan anak CP mengalami
gangguan bicara. Gangguan bicara mereka disebaabkan oleh kelainan motorik
otot-otot bicara dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadinya
proses interaksi dengan lingkungan. Otot-otot bicara yang lumpuh atau kaku (spasm) seperti lidah, bibir dan rahang
bawah akan mengganggu pembentukan artikulasi yang benar.
7. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan bentuk
tertinggi dari kemampuan mental dan memerlukan konsentrasi secara abstrak. Proses
pembentukan simbol dapat dikelompokkan dalam menerima dan menyampaikan fungsi
kata dan gerakan. Simbol diterima melalui pendengaran dan penglihatan.
Kesulitan dalam pendengaran dapat mempengaruhi ketidakmampuan menangkap
ucapan-ucapan yang disampaikan dan tidak mengerti apa yang dibicarakan. Edangkan
kesulitan dalam penglihatan mengakibatkan sesorang mengalami hambatan dalam
menangkap isi pesan tertulis.
Demikian postingan saya kali ini,
semoga adanya artikel ini dapat menambah pengetahuan kita tentang karakteristik
khas tunadaksa. Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat.
Sumber Pustaka:
Assjari. 1995. Ortopedagogik Tunadasa. Proyek pengadaan Buku Ajar Bagi
Perguruan Tinggi. Dikti. Jakarta.
Rachmayana, Dadan. 2016 Menuju Anak Masa Depan yang Inklusif. Luxima
Metro Media. Jakarta Timur.
No comments:
Post a Comment