Sumber Foto: http://www.slideshare.net/fanylatief/tunagrahita |
Di dunia ini kita diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa berbeda-beda, tidak ada satu manusia pun yang sempurna yang
ingin diciptakan sesuai dengan kehendaknya. Kita sering mendengar ada anak yang
dilahirkan cacat. Kecacatan atau disabilitas
sebenarnya bukan keinginan dari mereka. Dalam tulisan ini saya akan membahas
bagaimana pengalaman saya menjadi guru di sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif yang setiap hari dihadapkan pada anak-anak yang unik. Apa sih yang
membedakan pendidikan inklusif dengan pendidikan umum lainnya? Sebelumnya saya
sudah menyinggung pada tulisan saya yang
berjudul Sekolah SDN Ilung Salah SatuPenyelenggara Pendidikan Inklusif yang sudah membahas pendidikan inklusif
secara umum dan membahas jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, yang salah
satunya ABK yang dilayani di SDN Ilung adalah Tunagrahita. Pada kesempatan ini
kita akan mengenal tunagrahita lebih jauh.
Tunagrahita atau Orang lebih
banyak mengatakan sebagai orang yang idiot atau terbelakang mental. Secara
definisi para ahli mengatakan seseorang dkatakan mengalami ketnagrahitaan
adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifukan berada di bawah
rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang
muncul pada masa perkemangan.
Tunagrahita berarti suatu keadaan
yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata
disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri yang mulai
timbul sebelum usia 18 tahun.
Menurut Kustawan (2013) Tuna
grahita sering disepadankan dengan istilah-istilah sebagai berikut:
-
Lemah pikiran (Feebele Minded)
-
Terbelakang Mnetal (Mentally Retarded)
-
Bodoh atau dungu (idiot)
-
Pandir (Imbecile)
-
Tolol (Moron)
-
Oligoferenia (oligophrenia)
-
Mampu Didik (Educable)
-
Mampu Latih (Trainable)
-
Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau butuh rawat
-
Mental Subnormal
-
Defisit Mental
-
Defisit Kognitif
-
Cacat Mental
-
Defisiensi Mental
-
Gangguan Intelektual
Seperti yang saya kutip dari
Rachmayana (2016) Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ yaitu:
-
Tunagrahita ringan (IQ : 51-70)
-
Tunagrahita sedang (IQ : 36-51)
-
Tunagrahita berat (IQ : 20-35)
-
Tunagrahita sangat berat (Iq di bawah 20)
Masih menurut Rachmayana (2016)
anak dengan tunagrahita ringan (IQ 52-68) bisa mencapai kemampuan membaca
sampai kelas 4-6. Meskipun memiliki ksulitan membaca, tetapi mereka dapat
mempelajari kemampuan pendidikan dasar yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari
Mereka memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta pendidikan dan pelatihan khusus. Biasanya tidak ditemukan
kelainan fisik, tetapi mereka bisa menderita epilepsi. Mereka seringkali
tidak dewasa dan kapasitas perkembangan interaksi sosilnya kurang. Mereka
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru dan
mungkin memiliki penilaian yang buruk. Mereka jarang melakukan penyerangan yang
serius tetapi bisa melakukan kejahatan impulsif. Anaka-anak dengan tunagrahita
moderat (IQ 36-51) jelas mengalami kelambatan dalam belajar berbicara dan
kelambatan dalam mencapai tingkat perkembangan lainnya (misalnya duduk dan
berbicara). Dengan latihan dan dukungan dari lingkungannya mereka dapat hidup
dengan tingkat kemandirian tertentu.
Anak-anak dengan tunagrahita
berat (IQ 20-35) dapat dilatih meskipun agak lebih susah dibandingkan dengan
tunagrahita moderat. Anak-anak dengan tunagrahita sangat berat (IQ 19 atau
kurang) biasanya tidak dapat belajar berjalan, berbicara atau memahami. Mungkin Angka harapan hidup untk anak-anak
dengan tunagrahita mungkin lebih pendek, tergantung kepada penyebab dan
beratnya tunagrahita. Biasanya semakin berat ketunagrahitaannya maka semakin
kecil angka harapan hidup.
Demikian artikel tentang Mengenal lebih Jauh Tunagrahita.
Mudah-mudahan dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kita. Wassalam.
Sumber:
Kustawan, Dedy & Meimulyani, Yani. (2013). Mengenal pendidikan
Khusus & pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta Timur:
Luxima Metro Media.
Rachmayana, Dadan. (2016). Menuju Anak Masa Depan yang Inklusif. Jakarta
Timur: Luxima Metro Media.
No comments:
Post a Comment